0

3 Maret 1924, Adakah Kau Ingat?

Posted by Unknown on 3/03/2015 10:40:00 PM in , ,



Oleh : Aif Saiful Ma’ruf (Ketua Umum Kalam UPI)
Masih adakah yang ingat dengan penghinaan terhadap Rasulullah Saw. Yang dilakukan oleh Majalah Charlie Hebdo beberapa waktu lalu? Pelarangan memakai kerudung di Cina? Kriminalisasi peremuan yang menggunakan burqa di Perancis? Penderitaan yang dialami umat Islam di Palestina? Masih adakah yang mengingatnya?
Jangan-jangan kita tidak pernah mengetahuinya, atau mungkin kita tahu tapi tidak mau peduli. Lalu menyibukkan diri dengan aktivitas sendiri dan mebiarkan semuanya terjadi begitu saja. Merasa tidak pernah terjadi apapun pada saudaranya. Merasa semua aman-aman saja dan umat Islam dalam keadaan baik. Seperti inikah kita?
Di negeri kita sendiri, Indonesia, sebuah negeri dengan jumlah umat Islam terbesar di dunia. Kita pun menyaksikan berbagai fenomena yang ‘miris’ mengenai umat Islam. Generasi muda yang seharusnya menjadi calon pejuang Islam yang akan merintis peradaban Islam, justru malah ‘dibajak’ dengan berbagai kesenangan dunia. Mereka terlena hingga terjerat dengan penyalahgunaan narkoba, terlibat dalam dunia pergaulan bebas, tawuran, pacaran, aborsi dan berbagai kerusakan remaja lainnya. Lalu, jadilah mereka generasi-generasi yang mencintai dunia dan melupakan Islam sebagai jalan hidupnya.
Adakah kita menyadari hal ini? Ataukah kita tetap enggan membuka mata dan berpura-pura tidak menyadarinya?
Sungguh terasa aneh memang, Allah Swt. Firmankan dalam Q.S Al Imran ayat 110 bahwa kita adalah umat yang terbaik, namun pada hari ini tidak. Apakah Allah Swt. yang salah berfirman ataukah ada sesuatu yang salah dalam umat Islam?
Allah Swt. yang salah tidak mungkin. Pasti ada yang salah pada umat Islam. Jika kita mengkaji lebih mendalam tentang kehidupan umat Islam pada hari ini, kehidupan Islam tidak terasa di dalamnya, bahkan hampir sama dengan kehidupan di barat yang mayoritas non muslim. Mungkin benar apa yang diungkapkan oleh Sayyid Quthb, bahwa saat ini Islam adalah satu hal dan umat Islam adalah hal lain, tidak ada hubungan antara keduanya.
Apakah hal ini terjadi hanya hari ini ataukah dari awal Islam memang seperti ini? Tentu tidak. Islam yang hadir pertama kali di Arab pada saat itu, justru telah membangkitkan bangsa arab yang tadinya terpuruk dan tak pernah dipandang oleh dunia menjadi bangsa yang disegani. Setelah itu Islam meluas ke negeri-negeri disekitarnya.
Para ilmuan barat pun mengakui kegemilangan yang telah ditorehkan oleh umat Islam. Sudah banyak yang mengakui, bahkan bukan hanya pengakuan, diantara mereka ada yang masuk ke dalam Islam dan bangga menjadi seorang muslim.
Lalu, sejak kapan umat Islam seperti ini? Orang-orang yang membenci Islam sejak Nabi Muhammad Saw. masih ada sudah berusaha menghancurkan umat Islam. Berbagai cara mereka lakukan, mulai dari memberikan stigma negatif, isolasi, penyiksaan, bahkan sampai kepada peperangan. Berbagai upaya pun terus dilakukan untuk menghancurkan umat Islam hingga mencapai puncaknya pada 3 Maret 1924.
Pada hari yang sangat bersejarah itu, Khilafah Islamiyah yang menjadi institusi penyatu umat Islam dibubarkan secara resmi oleh Kamal at Tartuk, seorang keturunan Yahudi, yang merupakan agen Inggris. Sejak saat itu, umat Islam tercerai berai menjadi lebih dari 50 negara bangsa (nation-state), yang membuat umat Islam semakin lemah.
Sialnya, sejarah ini terus menerus disembunyikan oleh para pembenci Islam hingga umat Islam sendiri pun banyak yang tidak mengetahuinya. Parahnya banyak juga yang tidak mengetahui bahwa umat Islam pernah mengalami masa-masa keemasan. Semua ini terjadi karena para pembenci Islam tidak pernah menginginkan umat Islam menyadari pentingnya institusi penyatu umat, Khilafah Islamiyah.
Tidak adanya Khilafah Islamiyah berarti tidak adanya satu pun negara yang menerapkan Islam secara menyeluruh sebagai aturan hidup. Maka kita pun bisa melihat bagaimana sekularisme benar-benar nampak di tengah-tengah kehidupan. Manusia dengan seenaknya menetapkan hukum sesuai dengan perhitungan akalnya tanpa memedulikan hukum yang telah Allah tetapkan. Hasilnya, bukan memberikan solusi dan maslahat bagi kehidupan, yang ada hanyalah kerusakan dan permasalahan yang baru.
Pada waktu yang sama, para pembenci Islam terus menerus mengakarkan pengaruhnya di dunia untuk meredam kebangkitan umat Islam. Bila ada yang menginginkan tegaknya Islam dalam sebuah negara disematkanlah sebuah gelar ‘Teroris’, ‘Ekstrimis’, ‘Fundamentalis’, ‘Islam Garis Keras’, ‘Radikal’ dan berbagai gelar lainnya. Di beberapa negeri, para pejuang Islam yang mukhlis sampai ditangkap, dimasukkan ke dalam penjara dan disiksa hingga syahid.
Namun, bagaimanapun upaya yang dilakukan oleh para pembenci Islam tidak akan pernah mampu memadamkan cahaya Islam. Upaya yang mereka lakukan ibarat menahan terbitnya matahari. Sehebat apapun upaya yang dilakukan, matahari pasti akan terbit di timur. Begitu pun dengan Islam, tegaknya kembali di dunia adalah sebuah kepastian yang sudah dijanjikan oleh Allah Swt.
“Allah Swt telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan mengerjakan amal saleh, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai (Islam). Dan Dia benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (Q.S. An Nuur : 55)
Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan: “Ini adalah janji Allah SWT. kepada Rasul-Nya bahwa Dia akan menjadikan umatnya sebagai para penguasa di bumi, yakni para pemimpin dan para wali (penguasa daerah), menjadikan negeri mereka makmur, dan menjadikan umat manusia tunduk kepada mereka. Allah juga akan menggantikan ketakutan mereka dengan rasa aman. Hal itu telah Allah buktikan (segala pujian bagi-Nya) dengan dibebaskannya Makkah, Khaibar, Bahrain, seluruh jazirah Arab dan seluruh wilayah Yaman; dipungutnya jizyah dari kalangan Majusi Hijir dan sebagian wilayah Syam; Hiraklius, penguasa Romawi, memberi Nabi saw hadiah; begitu juga Muqauqis, penguasa Mesir, Iskandariyah; penguasa Oman; dan Najasy, penguasa Habsyah, yang kemudian (daerah-daerah tersebut) dikuasai oleh para sahabat Rasulullah saw yang mulia.”
Tegaknya Islam adalah sebuah kepastian, dan tersisalah dua pilihan bagi kita, yakni apakah kita akan termasuk orang-orang yang memperjuangkannya ataukah tidak? Ini adalah sebuah pilihan. Setiap orang berhak menentukan pilihannya. Namun, pilihan yang terbaik tentu pilihan yang Allah ridhoi. Maka memilih untuk ikut andil dalam perjuangan penegakkan Islam di bumi ini adalah suatu keharusan bagi seorang yang mengaku dirinya beriman kepada Allah Swt.
Adapun mengenai waktunya, cukuplah Allah yang mengetahui. Kewajiban bagi kita adalah memastikan diri untuk ikut dalam perjuangan dan melakukannya dengan penuh kesungguhan.
Ingatlah, sesungguhnya 3 Maret 1924 bukanlah hari untuk menangisi runtuhnya Khilafah Islamiyah. Tetapi satu hari yang seharusnya kita semakin merenungi diri bahwa umat Islam sudah 91 tahun tidak hidup dalam naungan Islam, umat Islam terpecah belah dan tak punya pemimpin.
Seandainya Rasulullah Saw. masih ada, niscaya beliau akan kembali berjuang dengan sepenuh jiwa. Para sahabatnya pun jika masih ada, niscaya akan mengerahkan segala apa yang mereka punya demi kembalinya kehidupan Islam.
Lalu bagaimana dengan kita? Masihkah kita enggan untuk ikut dalam perjuangan yang mulia ini? Ataukah kita rela dengan keadaan umat Islam yang seperti ini?

0 Comments

Posting Komentar

Copyright © 2009 Latifah Ata All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.