0
UAS Evaluasi Pembelajaran Matematika
1. Bagaimana cara memberi
skor pada tes tipe uraian? Buatlah diagram alurnya!
Terdapat alternatif
cara yang bisa digunakan untuk memberikan skor pada soal tipe uraian.
Diantaranya:
a. Pemberian skor sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang akan diukur. Apabila
sebuah soal disusun untuk mengukur kemampuan siswa dalam menjelaskan hubungan
sebab akibat, maka tentu saja jawabannya harus dinilai berdasarkan ketajaman
uraian siswa mengenai hubungan sebab akibat seperti yang dikehendaki rumusan
soal. Pembobotan didapatkan dari rubrik-rubrik yang sesuai dengan indikator
ketercapaian yang terdapat dalam kisi-kisi soal.
b. Pemberian skor
berdasarkan bobot (weight) yang diberikan pada setiap butir soal, didasarkan
dan disesuaikan dengan tingkat kesulitan dari soal tersebut dan atau berdasar pada jenis bahan (bahan
perangsang, bahan inti, bahan penting, dan kurang penting), teksonomi
(pengetahuan, pemahaman, evaluasi, dll).
c. Dengan menggunakan
cara pemberian skor yang relatif. Misalnya untuk sesuatu nomor soal jawaban
yang paling lengkap hanya mengandung tiga unsur, padahal jawaban yang benar
memiliki lima unsur. Maka jawaban yang paling lengkap (memenuhi lima unsur)
itulah diberikan 5 skor, sedangkan yang menjawab hanya sati atau dua
unsur, diberikan skor yang lebih sedikit, misalnya 3,5 atau 1,5.
Adapun langkah–langkah
memberi skor tipe uraian adalah sebagai berikut:
a. Menyusun suatu jawaban model sebagai kunci jawaban yang memenuhi syarat
sebagai jawaban yang baik (benar, relevan, lengkap, berstruktur, dan Jelas).
b.
Menentukan bobot soal. Setiap item bisa berbeda bobot.
c.
Membaca beberapa jawaban dari peserta didik yang kurang pandai dan
yang pandai. Hal ini dapat dipakai untuk memperoleh gambaran umum tentang
kualitas dari jawaban dari para peserta didik atau mengecek apakah kunci
jawaban cukup realistik.
d. Sebaiknya masing-masing nomor dari jawaban tes diperiksa sekaligus
sebelum melakukan skoring nomor yang lain.
e. Agar tidak terpengaruh oleh kesan mutu jawaban yang mendahului
sebaiknya sesudah selesai diperikasa jawaban-jawaban satu nomor, lembar jawab
perlu ditukar urutannya.
f.
Tidak usah memperhatikan nama dan nomor peserta, untuk mengurangi
subjektivitas.
g. Hanya memeriksa isi pikiran yang dikemukakan dalam jawaban,
sehingga tidak perlu menilai bentuk tulisan dan lain-lain agar tidak subjektif.
h.
Mengembalikan lembar jawab lengkap dengan catatan-catatan
seperlunya.
Diagram alurnya adalah
sebagai berikut.
2. Dari sebuah test
menunjukkan seorang siswa mendapat skor jelek (di bawah rata-rata kelas).
Mengapa skor siswa tersebut jelek? Jelaskan pendapat Anda!
Ada beberapa hal yang memungkinkan menjadi penyebab rendahnya skor
siswa. Diantaranya terjadi karena:
Faktor internal
a. Ketidaksiapan siswa
dalam menghadapi ujian
b. Minat yang kurang dari
siswa untuk mempelajari mata pelajaran yang bersangkutan sehingga sulit
memahami materi yang akan diajarkan
c. Kondisi siswa yang
tidak mendukung, misalnya sedang sakit
Faktor eksternal
a. Soal tes yang
diberikan tidak valid (bukan merupakan instrumen evaluasi yang berkualitas dan
tidak mampu mengevaluasi dengan tepat)
b. Tester (penilai,
penguji) mahal dalam memberikan bobot nilai
c. Kondisi lingkungan
saat tes dilaksanakan tidak mendukung, misal lingkungannya saat itu berada
dalam keadaan bising
3.
Kita berharap soal yang di susun baik, yang bagaimanakah soal yang
baik itu? Mengapa soal itu
harus baik?
Soal di katakan baik
apabila memenuhi :
a.
Taraf Kesukaran
Nitko (1983) (dalam,
Arikunto: 2005) mengemukakan soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu
mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa
untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan
menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba
lagi karena diluar jangkauannya
b.
Daya pembeda
Daya pembeda soal,
adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai
(berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Bagi suatu
soal yang dapat dijawab benar oleh siswa pandai maupun siswa bodoh, maka soal
itu tidak mempunyai daya pembeda. Demikian pula jika semua siswa baik pandai
maupun bodoh tidak dapat menjawab dengan benar. Soal tersebut tidak baik juga
karena tidak mempunyai daya pembeda. Soal yang baik adalah soal yang dapat
dijawab benar oleh siswa-siswa yang pandai saja.
c.
Pola Jawaban Soal
Yang dimaksud pola
jawaban soal adalah distribusi testee dalam hal menentukan pilihan jawaban pada
soal bentuk pilihan ganda. Pola jawaban soal diperoleh dengan menghitung
banyaknya testee yang memilih pilihan jawaban a, b, c, atau d atau yang tidak
memilih pilihan manapun (blangko). Dalam istilah evaluasi disebut omit,
disingkat O. Dari pola jawaban soal dapat ditentukan apakah pengecoh
(distractor) berfungsi sebagai pengecoh dengan baik atau tidak. Pengecoh yang
tidak dipilih sama sekali oleh testee berarti bahwa pengecoh itu jelek, terlalu
menyolok menyesatkan. Sebaliknya sebuah distractor (pengecoh) dapat dikatakan
berfungsi dengan baik apabila distractor tersebut mempunyai
daya tarik yang besar bagi pengikut-pengikut tes yang kurang memahami konsep
atau kurang menguasai bahan .
Dengan melihat pola
jawaban soal, dapat diketahui:
·
Taraf kesukaran soal
·
Daya pembeda soal
·
Baik dan tidaknya distraktor.
Suatu distraktor dapat
diperlakukan dengan tiga cara:
·
Diterima, karena sudah baik
·
Ditolak, karena tidak baik
·
Ditulis kembali, karena kurang baik.
Kekurangannya mungkin hanya terletak pada rumusan kalimatnya
sehingga hanya perlu ditulis kembali, dengan perubahan seperlunya.
Suatu distraktor dapat
dikatakan berfungsi baik jika paling sedikit dipilih oleh 5% pengikut tes.
d.
Validitas: soal dikatakan valid (memiliki validitas tinggi) atau
sahih jika dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Apabila tes tersebut tidak mengukur
apa yang hendak diukur maka tes tersebut tidak dapat dipercaya. Ada dua jenis validitas:
·
Validitas logis adalah validitas alat evaluasi yang dilakukan berdasarkan
pertimbangan (judgement) teoritik atau logika.
·
Validitas empiris : validitas
yang didasarkan atas hasil uji-coba (try out) terhadap responden.
e.
Reliabilitas: reliabilitas
suatu tes adalah keajegan atau konsistensi dari instrument, artinya jika
instrument/tes tersebut diteskan terhadap suatu objek yang sama pada waktu yang
berbeda maka hasilnya akan tetap sama (ini disebut konsiten).
f.
Obyektivitas: terutama pada system skoringnya. Siapapun yang
menilai akan menghasilkan skor yang sama. yang mempengaruhi obyektivitas soal
adalah bentuk soal dan penilai .
g.
Praktikabilitas : bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya.
Soal yang praktis adalah mudah dilaksanakan
dan mudah memeriksanya ,
serta dilengkapi petunjuk yang jelas
h.
ekonomis: pelaksanaan tes tidak memerlukan biaya yang mahal,
tenaga yang banyak dan waktu yang lama.
Mengapa soal harus
baik ?
Karena soal itu adalah
bentuk dari tes tertulis yang merupakan suatu alat evaluasi yang digunakan
untuk mengukur kemampuan siswa. Pemberian soal kepada siswa tersebut bertujuan
untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa dan ketercapaian/taraf serap
materi pelajaran. Guru harus tahu sejauh mana pembelajar (siswa) telah memahami
bahan yang diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan dapat tercapai. Agar tujuan tersebut dapat
tercapai, maka soal yang dibuat harus baik.
Posting Komentar